Menurut cerita, zaman dahulu kawasan Tenganan dan sekitarnya di perintah oleh seorang raja bernama Maya Denawa yagn alm dan kejam, bhakan menjadikan dirinya sebagai Tuhan dan melarang orang Bali melakukan ritual keagamaan, mendengar itu para dewa di surga pun murka, lalu para dewa mengutus Dewa Indra untuk menyadarkan atau membinasakan Maya Denawa, dengan cara mengangkat Dewa Indra sebagai panglima perang atau pemimpim pertempuran. Melalui pertempuran sengit dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit, akhir nya Maya Denawa dapat kalahkan.
Dan menurut sejarahnya, Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan. Dan akhirnya Umat Hindu Bali di sana meyakini bahwa Dewa Indra daldah dewa dari segala dewa, berbeda dari umat-umat Hindu Bali pada umumnya.
Ritual ini dimulai jam 2 sore didepan balai pertemuan yang ada di halaman desa, semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenin Peringsingan), untuk pria kamen, selendang (saput), udeng dan bertelanjang dada. Diawali ritual upacara mengilingi desa utnuk memohon keselamatan, lalu diadakan ritual minum tuak yang ditungkan ke daun pisang sebagai gelas.
Perang tersebut berlangsung ± 1 menit. Seusai upacara tersebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh menyembuhkan luka dan ditutup dengan bersembahyangan di pura di lengkapi dengan Tari Rejang.
Sumber : http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-perang-pandan
Bagus Padma sudah menyikapi pembelajaran secara cerdas..... terimakasih
BalasHapusTerus Update ya...... mari lestarikan Budaya Bali
makasih ibu :)
BalasHapus